Berjalan tegap membusungkan dada
Seakan tak rasakan langkah gontai kedua kakinya
Terseok mencari penopang raga yang kian rapuh
Dibawah teriknya matahari
Dalam dinginnya dekapan malam
Dalam sepinya cahaya bulan
Bagai pengembara ia terus melangkah
Berjalan menyusuri kebisuan
Sesekali ia berhenti menikmati indah bunga liar
Yang slalu tumbuh silih berganti
Terkadang ia berjalan sambil menengadah
Memandang langit menatap awan
Dengan hati yang gundah ia berkata
Tuhan... aku rindu pulang kerumah
Aku ingin seperti mereka
Tapi aku..? aku hanya punya keangkuhan membusungkan dada
Keangkuhanku yang sungguh menyesakan..
Yang hanya bisa menitipkan ragaku pada gubuk sejuta nista
Tuhan..
Aku ingin menikmati bunga ditaman belakang rumah
Seperti sahabatku
Aku melihat diseberang jalan sana
Taman yang ditumbuhi bunga berduri
Aku ingin memilikinya
Tapi... ahhh...Tuhan...aku ingin bertanya
Aku harus melupakan taman itu dan terus melangkah?
Ataukah aku harus berbalik tuk meraihnya?
Tuhan berikan aku jawaban
Meski dadaku terus membusung
Tuk menutupi segala gundah
Dan menghalau seribu dusta