Jumat, 03 Juli 2009

Lelaki di Ujung Jalan

Berjalan tegap membusungkan dada

Seakan tak rasakan langkah gontai kedua kakinya

Terseok mencari penopang raga yang kian rapuh

Dibawah teriknya matahari

Dalam dinginnya dekapan malam

Dalam sepinya cahaya bulan

Bagai pengembara ia terus melangkah

Berjalan menyusuri kebisuan 

Sesekali ia berhenti menikmati indah bunga liar

Yang slalu tumbuh silih berganti

Terkadang ia berjalan sambil menengadah

Memandang langit menatap awan

Dengan hati yang gundah ia berkata

Tuhan... aku rindu pulang kerumah

Aku ingin seperti mereka

Tapi aku..? aku hanya punya keangkuhan membusungkan dada

Keangkuhanku yang sungguh menyesakan..

Yang hanya bisa menitipkan ragaku pada gubuk sejuta nista

Tuhan..

Aku ingin menikmati bunga ditaman belakang rumah

Seperti sahabatku

Aku melihat diseberang jalan sana

Taman yang ditumbuhi bunga berduri

Aku ingin memilikinya

Tapi... ahhh...Tuhan...aku ingin bertanya

Aku harus melupakan taman itu dan terus melangkah?

Ataukah aku harus berbalik tuk meraihnya?

Tuhan berikan aku jawaban

Meski dadaku terus membusung

Tuk menutupi segala gundah 

Dan menghalau seribu dusta

Karena Dia Memang Tak Sempurna

Pergilah....
Bawalah langkahmu itu....
Dia takan menyejukan pandangan matamu
karena dia tak secantik Siti Aisyah, apalagi Bidadari Surga

Berjalanlah....
Raih impianmu...
Dia takan menenangkan batinmu
Karena dia tak seperti Siti Khadijah
Yang mampu memberi ketengan kala Sang Pemimpin itu dalam gundah

Melangkahlah........
Jangan tolehkan wajahmu kearahnya
Meski dia menjerit menahan laju langkah kakimu
Karena dia tak mungkin membuatmu bangga

Pergilah....
Ayunkan langkahmu... tinggalkan dia
Karena dia takan membuatmu bahagia
Karena dia memang tak sempurna

Catatan usang