Rabu, 04 November 2009

IKHLAS

Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah dengaan ikhlas, menaatinya semata mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus ( Al Bayyinah 5)

Berbicara tentang perbuatan yang “ikhlas” bukan lagi menjadi monopoli orang-orang sufi yang menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah secara khusus dan husyu’. Akan tetapi, “ikhlas” sudah menjadi sebuah ungkapan yang populer bagi sebuah tindakan yang dilakukan tanpa pamrih.

Ada juga anggapan bagi sementara kalangan bahwa setiap perbuatan yang tidak mengharap imbalan termasuk perbuatan ikhlas. Sehingga tidak jarang ada yang merasa bahwa bantuan yang diberikan tanpa mengharap imbalan, sudah termasuk perbuatan yang ikhlas. Betulkah itu yang dimaksud dengan perbuatan yang ikhlas?

Agar kita tidak keliru memahami perbuatan ikhlas perlu kiranya kita merenungi pendapat DR. Yusuf Qardhawi, yang ditulisnya dalam buku yang berjudul Fith Thariq Ilallah An Nihyyah Wal Ikhlas, ia adalah seorang tokoh muslim yang sangat produktif menulis buku-buku Islam. Menurutnya, mewujudkan ikhlas bukan perkejaan yang mudah, bahwa ikhlas itu bisa diperoleh setiap tangan yang menghendakinya. Atau ikhlas itu bisa diperoleh dengan usaha yang sederhana tanpa harus bersusah payah. “ini jauh sama sekali”

Mewujudkan ikhlas bukanlah seperti anggapan orang-orang yang biasa bertindak hanya berdasarkan kepada permukaan yang tampak, tidak dengan kandungan, atau bertindak dengan bungkus dan bukan dengan itu.

Pandangan Yusuf Qardhawi, itu menunjukkan betapa sulitnya mencapai perbuatan ikhlas. Sebab tidak sembarang orang yang mampu melakukan perbuatan ikhlas. Karena, perbuatan ikhlas adalah amalan hati yang memiliki nilai yang tinggi diantara amalan-amalan hati lainnya.

Ikhlas, adalah amalan hati yang paling utama, paling penting, paling tinggi, dan paling pokok. Ikhlas merupakan hakekat agama dan kunci dakwah para rasul ‘alaihimus salam’ sejak dahulu. Ikhlas itu adalah suatu perbuatan yang murni tidak bercampur dengan hal hal lain kecuali murni kegiatannya hanya untuk agama Allah sebagaimana difirmankan Allah pada surat Az Zumar ayat 3 dan surat Al Bayyinah ayat 5.

Menurut Ibnu Hamz, iklhas adalah inti ibadah dan jiwanya. Sedang niat adalah rahasia ibadah. Fungsi ikhlas dalam amal perbuatan sama dengan kedudukan ruh pada jasad kasarnya. Oleh karena itu, mustahil suatu amal ibadah dapat diterima bila tanpa ikhlas, sebab kedudukannya sama dengan tubuh yang sudah tidak bernyawa.

* Oleh: Imran Nasution
* Dari: Buletin Dakwah Asy Syam Edisi 19 Juni 2009 (25 Jumadil Akhir 1430H)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Anda Disini